Setiap tahun pasti akan
ada film yang secara teknis dapat dikatakan
tidak begitu memuaskan, namun disisi lain mampu membuat anda ingin menyaksikannya kembali. Hal itu biasanya terjadi karena film tersebut punya satu elemen kunci yang mampu menghibur anda, dan membekas di ingatan anda. Pitch Perfect adalah salah satu contohnya, punya satu elemen kunci yang mampu tampil menghibur, dan sedikit mampu menebus dosa besar yang ia ciptakan.
tidak begitu memuaskan, namun disisi lain mampu membuat anda ingin menyaksikannya kembali. Hal itu biasanya terjadi karena film tersebut punya satu elemen kunci yang mampu menghibur anda, dan membekas di ingatan anda. Pitch Perfect adalah salah satu contohnya, punya satu elemen kunci yang mampu tampil menghibur, dan sedikit mampu menebus dosa besar yang ia ciptakan.
Beca
(Anna Kendrick), wanita dengan gaya alternative yang
tidak feminim, memiliki hobby yang tidak feminim pula. Dengan laptop dan
headphone yang terus ia bawa, Beca menghasilkan lagu-lagu mashup yang sangat mampu membuat pendengarnya untuk merasakan beat dan
ikut bergoyang. Ya, Beca ingin menjadi DJ,
namun dipaksa oleh ayahnya untuk kuliah ditempat ia bekerja, dengan sebuah
janji kelak akan membantu Beca mewujudkan mimpinya. Beca setuju, dan memutuskan
menjadi volunteer di radio kampus dan bertemu Jesse (Skylar Astin), serta bergabung dengan sebuah klub paduan
suara wanita bernama Barden Bellas.
Barden Bellas adalah
petaka. Dipimpin oleh seorang wanita keras kepala bernama Aubrey (Anna Camp), dan bersama temannya Chloe (Brittany Snow) terus berusaha membimbing para anggota baru
dengan cara mereka yang payah. Ya, Bellas ibarat sebuah noda kecil bagi paduan
suara kampus mereka dibalik kesuksesan Treble
Makers menjadi juara kejuaraan acapella antar kampus. Namun Audrey tetap
dengan aturan main yang ia punya, dari pemilihan lagu yang sama disetiap
kompetisi, hingga aturan tidak boleh menjalin hubungan asmara dengan anggota
Treble Makers. Terkadang harus ada seseorang dengan ide yang segar untuk
menyelamatkan sesuatu dari jurang kehancuran.
Seperti disebutkan diawal,
film ini hanya punya satu elemen kunci yang bekerja dengan sangat baik bagi
saya, music. Lagu-lagu mashup yang film ini punya mampu menciptakan suasana
yang menyenangkan, mengajak saya ikut bergoyang kecil. Sedangkan cover yang karakter lakukan dalam bentuk
acapella mampu tampil unik dan menarik, beberapa berhasil membuat suasana
kompetisi yang kental.
Harus diakui bahwa Pitch Perfect memiliki cerita yang
sangat mudah ditebak, dengan mengusung konsep kompetisi paduan suara seperti
yang pernah Glee lakukan.
Menghadirkan scene pembuka dengan sebuah kejutan, film ini cukup sukses
menjadikan saya berpikir bahwa berikutnya akan ada sebuah pertunjukkan besar
yang telah menanti. Sayangnya, itu tidak ada. Dibalik banyaknya momen lucu dan
menyenangkan yang ia hadirkan, elemen cerita yang film ini hadirkan terasa
sangat datar. Dari proses audisi, kisah cinta Beca, persiapan menjelang
kompetisi, hingga pertarungan akhir, tensi dari cerita sangat datar, dan jatuh
dibeberapa bagian. Ya, andai saja elemen musik tidak tampil baik, film ini akan
sejajar dengan Rock of Ages.
Jason
Moore tidak bisa dikatakan buruk dalam debutnya di film
layar lebar sebagai sutradara. Moore mampu menempatkan setiap bagian cerita
dengan baik sehingga tidak terjadi benturan dan tidak terasa aneh. Namun, Moore
tampak seperti bermain aman dalam percobaan pertamanya ini. Ia tidak berani
mencoba untuk menggali lebih dalam karakter-karakter lucu dan unik yang telah
dibentuk oleh Kay Cannon (30 Rock, New
Girl). Hasilnya, ya aman, standar, namun tentu saja akan timbul kekecewaan
jika film yang anda anggap punya potensi gagal memenuhi harapan anda.
Pitch Perfect memang
tidak perfect. Buang jauh-jauh harapan anda untuk menyaksikan sekelompok wanita
yang bersenang-senang layaknya Bridesmaids tahun lalu. Karakter gemuk lewat Rebel Wilson sebagai Fat Amy memang berhasil mencuri
perhatian, begitupun dengan Anna Kendrick
yang tampil charming dan loveable, namun sayangnya karakter lain
tidak bisa tampil sejajar dengan mereka. Mereka memang punya keunikan
masing-masing, namun tidak digali lebih dalam. Bahkan mereka kalah menarik
dibandingkan Elizabeth Banks dengan
karakternya Gail.
Overall, Pitch Perfect adalah film yang cukup memuaskan.
Mengusung genre musik, bisa dibilang film ini adalah film yang segmented, dengan sasaran utama kaum muda. Dan
mungkin bagi beberapa orang salah satu ciri khas film musical yang menarik
adalah mampu membuat mereka ikut bernyanyi dan bergoyang. Jika itu anda, Pitch
Perfect adalah pilihan yang perfect buat anda, karena lagu-lagu yang mereka
tawarkan memang sangat renyah dan efektif. Namun, seperti penyakit yang dialami
oleh banyak film di genre ini, anda tidak akan mendapatkan hiburan yang
memuaskan dari segi cerita, mengejutkan diawal, namun setelah itu datar dan
perlahan tenggelam di akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar